Ikal Harun

Perlukah Kita Move on?

2 comments
Hai, wololo habari?
Semoga sehat wal afiat ya..

Baiklah,setelah lama tak posting tulisan lagi saya akan sedikit mencoba menulis (lagi) secara bertahap. Karena memang salah satu hal tersulit di dunia ini adalah Istiqomah atau bahasa kerennya adalah konsisten. Setelah pada bulan-bulan sebelumnya disibukkan dengan tanggung jawab yang harus diselesaikan, maka kali ini kesibukkan itu akan perlahan-lahan berkurang sehingga akan punya banyak waktu untuk menulis di blog.

Kali ini saya akan menulis tentang topik yang menurut beberapa orang sudah cukup basi untuk dibahas. Namun, sebenarnya saya hanya ingin sedikit berbagi pandangan yang berbeda namun tak menyimpang dari judul diatas, hehe. oke kita mulai..

Manusia adalah mahluk yang gemar berpetualang, hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya ungkapan orang-orang di sosial media betapa mereka ingin melakukan piknik ataupun traveling ke suatu tempat yang tidak pernah dikunjungi sebelumnya, entah hanya untuk liburan atau sekedar menyendiri dan mencari inspirasi. Pada dasarnya hal ini adalah sebuah pemandangan yang lumrah dan manusiawi untuk dipahami. Namun pada kondisi tertentu kita malah enggan untuk berpindah/pergi hanya karena merasa nyaman pada suatu hal atau tempat yang sudah lama kita diami sehingga meninggalkan atau pergi terdengar menjadi ide yang begitu bodoh. Harus diakui sebenarnya ada banyak hal yang memperngaruhi orang enggan untuk berpindah atau bahasa kerennya Move On. entah itu karena dalih bentuk syukur atas apa yang sudah didapatkan, atau malah sulit untuk mencari pengganti atas apa yang sudah kita yakini selama ini. Sebagai manusia yang pernah merasakan surut dan pasangnya kehidupan  Move On bagi saya bukan hanya sekedar berpindah mencari pengganti namun lebih kepada memaafkan diri sendiri atas keadaan sebelumnya.

Iya, bagi saya Move On jangan dulu membicarakan apa yang akan kita cari lagi, namun lebih kepada seberapa jauh kita mengenal diri kita sendiri. seandainya kita tak mengenal diri kita sendiri maka perjalanan yang disebut Move On tadi akan terasa sulit dan menjadi momok yang menakutkan.
maka tidak heran ada banyak orang yang mendapat predikat "Gagal Move On" hanya karena belum bisa mengenali dirinya sendiri. Ada beberapa alasan mengapa kita perlu mengenali diri kita sendiri.
Yang pertama tentunya agar kita bisa mengenal betul apa sih yang sebenarnya kita butuhkan,karena dari apa yang kita butuhlah kita bisa mengetahui akan kemana langkah ini akan kita arahkan. selain itu mengenal diri sendiri perlu agar kita bisa membuat aturan atas diri kita sendiri, mana yang bisa bisa kita kompromi keadaannya dan mana yang harus kita pertahankan.

Saya teringat perkatan Bambang Pamungkas ketika ditanyakan bagaimanakah perasaan pemain timnas ketika gagal memenangkan sebuh pertandingan?. Beliau menjawab "segala kesedihan para pemain hanya akan dirayakan saat di dalam ruang ganti saja, namun ketika pemain mulai meninggalkan stadion maka dari situlah mereka telah melupakan kesedihan pertandingan tersebut. Mengapa kita demikian? karena kita yakin masih ada pertandingan yang lain sedang menunggu dan kita akan terus kalah apabila masih sedih atas kekalahan tersebut"

Mendengar hal ini saya percaya Move On adalah lebih dari sekedar berpindah namun juga memaafkan diri sendiri. apalah arti kita berpindah namun jiwa kita masih menaruh harap atau dendam kesumat pada hal-hal yang lama ?

Sebelum menulis tulisan ini saya sempat melihat RVLOGnya Raditya Dika salah satu penulis buku dan juga Sutradara Film. dalam VLOG yang berlokasi di Bangkok itu Raditya Dika mengutarakan kekesalannya atas hilangnya topi kesayangannya di sebuah taksi saat menuju hotel yang dia tempati. sangat terlihat bagaimana Radit begitu menyukai topi tersebut karena sudah menemani kegiatannya selama ini, ditambah dengan harga topi itu yang menurutnya tidak murah. Keesokan harinya Radit membeli topi baru dengan warna yang beda namun masih dengan model yang kurang lebih sama. Pelajaran yang saya ambil dari kejadian ini adalah bagaimana Radit mau memaafkan kesalahannya yang meninggalkan topi tersebut di dalam taksi dan langsung menggantinya dengan yang baru namun dia tetap menyukainya.

kalian pasti berpikir "enak betul si ikal ngomong move on itu gampang. coba deh lu yang MOve On. bisa gak?. kalau ada pertanyaan yang hadir di benak kalian seperti itu maka akan dengan senang hati saya akan menjawab "dengan senang hati". kenapa demikian? sekarang begini, Tuhan menyematkan rasa ketidakpuasan dalam diri kita, kita sebagai mahluk yang dibekali akal dan pikiran sebisa mungkin menkonversi rasa ketidakpuasan tersebut pada hal yang positif, termasuk pada Move on itu sendiri.

contoh kasus, saya adalah penggemar biskuit Malkist Roma yang bungkusannya merah. entah mengapa sedari SMP dulu saya menyukai biskuit ini melebihi biskuit yang lain (lebay).
namun semakin kesini saya semakin berpikir kenapa saya kerasan menyukai biskuit ini dan tak mau mencicipi biskuit yang lain?. Sekali waktu saya mencoba Malkist coklat yang tentunya rasa dan teksturnya beda. Pada percobaan pertama saya merasa tidak seenak Malkist merah tadi. namun seiring saya mencobanya akahirnya saya mulai menerima perbedaan rasa tersebut. Pesannya adalah untuk menyukai sesuatu kita hanya mencoba dan meyakinkan diri kita meski itu pada hal yang sepele termasuk biskuit tadi.


**

Move On sendiri nyaris selalu melekat pada kalangan anak muda utamanya yang baru putus cinta. Cinta adalah hal yang rumit maka tidak heran Move On menjadi pilihan yang terakhir meskipun harus sulit dilakukan. Saya termasuk orang yang percaya bahwa perpisahan adalah langkah awal dari kebahagiaan karena Tuhan pasti telah menyiapkan yang terbaik untuk kita dan memaksa kita untuk melepaskan yang lama. Pada tahap ini kita akan banyak menemui respon yang beragam pada pribadi setiap orang. Ada yang menyikapinya dengan bijak ada juga yang menyikapinya secara berlebihan. Bijak yang saya maksudkan adalah mau memaafkan diri sendiri dan mulai melangkah ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.

saya memang bukan orang yang expert dalam hal percintaan, namun pengalaman menjalin hubungan dengan beberapa wanita yang kemudiaan gagal menjadikan saya pribadi yang terus berusah bijak menyikapi sebuah perpisahan.Perpisahan dalam perspektif saya layaknya orang yang berpisah di sebuah perempatan namun masih pada Kota yang sama. saya sebut arah yang beda tadi adalah pemahaman sehingganya dari perbedaan paham maka kita harus siap menghadapi yang namanya perpisahan. dan "Kota" yang sama yang saya maksudkan adalah tujuan hidup kita. Mudah saja saya meyakini bahwa semua orang pasti bercita-cita menjadi pribadi yang sukses namun ketika menjalani sebuah hubungan kita kerap terbentur dengan masalah sepele seperti selera makanan, jam sibuk dan lain sebagainya. pada beberapa orang mereka lebih memilih bertahan daripada meskipun harus mengorbankan prinsip dan rasa nyaman mereka hanya demi sang kekasih yang sudah  mau ada dan tetap setia bersamanya.

Terdengar romantis memang, tapi pertanyaan yang hadir kemudian adalah sampai kapan?
sampai kapan kita mengorbankan prinsip demi sesuatu yang belum pasti akan mejadi milik kita. pasti kita akan berdalih" ya dicoba dulu sapatau cocok,kita kan tidak tahu bagaimana kedepannya". thats the point. itulah awal dari segala masalah suatu hubungan, ketika hanya satu orang saja yang mau berkorban dan yang satunya hanya menutup mata dan telinga maka cinta hanya akan menjadi satu pihak saja. sehingganya ketika perpisahan tak bisa ditawar lagi, maka tangisan paling keras hanya akan terdengar dari satu pihak saja. Ya, orang yang banyak berkorbanlah yang paling merasa dilukai. dan Move On hanya akan menjadi ide bodoh untuk dilakukan.

dari sinilah kenapa saya mengatakan bahwa MOve On haruslah dimulai dengan memafkan diri sendiri, karena dengan memaafkan hati akan kembali pulih dan mau membuka ruang bagi yang lain dan mau menerima hal-hal yang baru.

well, intinya adalah Move On perlu kita lakukan pada berbagai hal. entah itu masalah karir,kuliah,percintaan dan sebagainya yang berkenaan dengan kita. janganlah kita berlalut-larut pada kesedihan atapun tenggelam dalam zona nyaman sehingga kita seperti menutup segala kemungkinan positif yang akan masuk ke diri kita.

Semoga menginspirasi...

**

Bagi yang suka film tentang tema Move On cobalah nonton film UP :)








Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

2 komentar: